Monday, October 22, 2012

Ber "GURU" pada Pakar Pemasaran

Pikiran ku sejenak tertegun ketika melihat sang pakar pemasaran itu berbicara, sebuah kisah yang membuka mataku yang selama ini tertutup. Sang pakar itu bercerita dengan indahnya tentang suatu ilmu yang sudah cukup lama saya pelajari di bangku kuliah.

Pikiranku sejenak menerawang mengingat masa-masa kuliah dahulu, disanalah awal mula saya mengenal marketing dengan istilah 4P nya yang terkenal. Marketing mix mereka menyebutnya merupakan hasil dari proses sebelumnya yaitu analisa kebutuhan pasar. 

Ya, marketing selalu dimulai dengan adanya kebutuhan di pasar terhadap suatu produk atau jasa. Setiap manusia pasti memiliki need yang berbeda dan dari disinilah dimulai proses narrowing down kebutuhan dengan memasukkan proses segmentasi dan targetting.

Sang pakar terus bercerita gamblang tentang need, suatu penjelasan yang sangat ringan tetapi mengandung arti dalam apabila kita mau berpikir kritis dan menganalisa. Sang pakar itu tidak lain adalah Allah SWT yang bercerita tentang kebutuhan dasar manusia di dalam surat Ali Imran ayat 14 :



 “Dijadikan kepada manusia kecintaan terhadap wanita, anak-anak, harta benda berupa emas, perak dan binatang ternak….”

Melalui surat itu, sang Pakar memberikan suatu ilmu pemasaran berupa “apa saja sih kebutuhan dasar manusia”. Dengan jelas kita dapat mengetahui bahwa kebutuhan dasar manusia terbagi dalam tiga point besar yaitu :

            1. Wanita 

             Ketika membaca surat ini, timbul pertanyaan dalam hati saya :

“Mengapa Wanita ?”,
“Mengapa Wanita di letakkan pada posisi pertama ? Bukan kedua atau ketiga ?”,
“Apakah ayat ini hanya untuk para lelaki ?
Mari kita analisa lebih dalam dari sudut pandang ilmu pemasaran, wanita dijadikan salah satu kebutuhan dasar manusia karena wanita di takdirkan memiliki keindahan dan mencintai keindahan.
Seorang wanita selalu mencari cara agar dirinya tampak indah, antara lain dengan memperindah diri dengan pakaian yang indah, perhiasan ataupun dengan melakukan perawatan tubuh agar tampak selalu indah. 

Bagi seorang pemasar ulung, wanita adalah pasar yang sangat potensial sehingga tidak heran kebanyakan produk dan jasa saat ini mengarah kepada wanita. 
Sebut saja salon, butik, dan produk kosmetik semua mengarahkan teropong mereka untuk membidik wanita sebagai sasaran penjualan.

Penjelasan diatas pun sebenarnya dapat menjawab pertanyaan kenapa wanita dijadikan urutan pertama, ya karena wanita mempunyai potensi pasar yang sangat besar. 

Nah untuk pertanyaan ketiga, mari kita cermati lagi kata “Manusia” dalam ayat diatas. Manusia tentu saja bukan hanya lelaki dan yang mencintai keindahan seorang wanita juga bukan hanya lelaki. 

Seorang Wanita juga akan mencintai keindahan wanita lain. 
Coba bayangkan ketika kita berjalan jalan dengan pasangan kita di jalan dan kemudian bertemu dengan seorang artis wanita yang cantik, pasti pasangan kita pun akan berkata “cantik sekali dia…”.

Oops tapi tolong jangan jadikan kecintaan wanita terhadap wanita lain sebagai dasar untuk melegalkan hubungan seksual sesama jenis, jelas konteks nya sangat berbeda untuk kebutuhan seksual

2. Anak-anak
Urutan kedua setelah wanita, manusia akan selalu mencintai anak-anak. 

Bagi seorang pemasar, anak-anak adalah target “empuk” untuk dikembangkan pasarnya, sebut saja mulai dari pakaian bayi, popok, mainan sampai pendidikan semua mengincar pasar anak-anak. 
Dari pasar yang besar tersebut dapat kita persempit dengan menambahkan parameter usia. Kebutuhan seorang anak usia bayi dengan balita tentu saja berbeda dan dari sini saja kita bisa membuat banyak kombinasi 4P nya (Product, Price, Place dan Promotion). 

Pasar anak-anak pun tidak akan hilang karena sampai kapanpun anak-anak akan selalu ada dan manusia akan selalu mencintai anak-anak. Oleh karena itu wajar jika anak-anak menempati urutan kedua.

3. Harta Benda
Kebutuhan dasar selanjutnya adalah harta benda. 
Nah disini sang Pakar memberikan detail dari harta benda dengan menyebutkan emas, perak, hewan ternak. Mari kita jabarkan satu persatu

Emas dan Perak

Manusia dari jaman “Baheula” sampai sekarang pun akan selalu mencintai yang namanya emas dan perak. Emas melambangkan suatu logam mulia benilai tinggi yang pada jaman dahulu digunakan oleh banyak negara sebagai alat tukar. Perak memiliki nilai sedikit dibawah emas, dan beberapa negara pada masa lalu juga menggunakan perak sebagai mata uang seperti cina. Nah, sebagai seorang pemasar, pasar emas dan perak menyimpan sejuta potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai macam 4P.

Pada saat saya di Jakarta, logam mulia sedang menjadi komoditi primadona yang diincar banyak orang, dan logam mulia sebagai produk pun memiliki “p” lain yang beragam seperti “price” yang berbeda tergantung beratnya. Produk lain yang berhubungan dengan emas dan perak dapat kita kembangkan menjadi jasa keuangan. Saat ini para penyedia jasa keuangan mulai dari bank dan non bank bertaburan di seluruh penjuru planet bumi untuk menawarkan keuntungan yang besar bagi konsumen mereka.

Dari sini dapat kita lihat bahwa emas dan perak merupakan pasar besar setelah seorang manusia dapat memenuhi kebutuhan mereka akan wanita dan anak-anak. Hal ini dapat kita artikan, seorang manusia akan beralih ke produk-produk investasi hanya setelah kebutuhan dasar keluarga mereka sudah terpenuhi.

Binatang Ternak

Ayat ini pertama kali turun di tanah arab dimana pada masa lalu, orang menggunakan hewan ternak sebagai alat transportasi dan juga merupakan simbol kehormatan seseorang. Pada era modern saat ini, hewan ternak dapat kita artikan sebagai alat transportasi seperti mobil, motor, perahu dan sebagainya. Tidak dapat dipungkiri setiap orang pasti memiliki keinginan di dalam dirinya untuk memiliki motor ataupun mobil. Pada saat pendapatan meningkat dan kebutuhan dasar untuk keluarga telah terpenuhi seseorang pasti akan beralih ke kebutuhan akan moda transportasi yang juga merupakan simbol kesuksesan mereka.
Di Jakarta, kita dapat melihat bahwa pasar motor dan mobil sangat besar dan menggiurkan. Produsen otomotif berlomba membuat 4P yang tepat untuk konsumennya dengan berbagai macam cara. Sebagai contoh, disaat harga bahan bakar melambung, produsen otomotif akan membuat “product” berupa kendaraan yang hemat bahan bakar dan membuat “price” yang terjangkau melalui “promotion” berupa diskon besar kemudian menciptakan “place” berupa dealer maupun pameran yang dapat dengan mudah dijangkau

Sungguh ayat ini membuktikan bahwa Allah SWT sangat mengerti akan kebutuhan manusia sekaligus memberikan pelajaran kepada manusia, bagi mereka yang mau berpikir. Ayat ini sudah ada sejak empat belas abad yang lalu jauh sebelum para sarjana pemasaran membuat teori tentang basic needs.

Monday, October 1, 2012

Jalan Mengenal Allah

Ada dua jalan untuk mengenal Allah SWT :

PERTAMA : Mengenal Allah lewat akal

Akal adalah salah satu sarana untuk mengenal Allah. Fungsi akal adalah untuk berfikir dan merenung. Seseorang yang memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an yang menggugah akal untuk berfikir dan merenung, sehingga sampai pada hakekat kebenaran yang tidak diragukan lagi (13:3/16:11/27:52)
Allah sangat mencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya dan akan memasukan mereka kedalam neraka jahanam kelak (7:179)
Ayat-ayat Allah yang dapat kita saksikan ada dua macam yaitu : ayat Allah yang ada di alam ini (ayat kauniyah) dan ayat Allah yang ada di dalam Al Qur’an (ayat Qur’aniyyah)

I. Ayat Kauniyyah
Sesungguhnya banyak sekali fenomena-fenomena yang terdapat di mayapada ini yang menunjukan kebesaran Allah (2:164/51:20,21/3:190,191)

> Fenomena Terjadinya Alam (39:5)
Diantara sesuatu yang wajib diterima akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mengadakan. Begitu juga alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya (52:35)

> Fenomena Kehendak yang Tinggi
Kalau anda memperhatikan alam ini, anda akan menemukan bahwa alam ini sangat tersusun rapi. Hal ini menunjukan bahwa di sana pasti ada kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana (67:3). Kita ambil beberapa contoh : seandainya matahari hanya memberikan panasnya kepada bumi sebanyak setengah dari panasnya sekarang, pastilah kita membeku karena kedinginan dan sendainya panasnya bertambah setengah pastilah kita telah menjadi abu. Seandainya malam lebih panjang sepuluh kali dari malam sekarang ini, tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman disiang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku.

> Fenomena Kehidupan
Bila anda perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi anda akan menemukan berbagai jenis dan bentuknya, serta berbagai macam cara hidup dan berkembang biak (24:25/6:38)
Semua itu menunjukan bahwa di sana ada zat yang menciptakan membentuk, menentukan rizkinya dan meniupkan ruh kehidupan pada dirinya (29:20/21:30)

Bagaimana pintarnya manusia tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang manusia untuk membuat seekor lalat, jika mereka mampu (22:73, 74/46:4)

> Fenomena Petunjuk dan Ilham
Ketika kita mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu petunjuk yang sempurna dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Bagaimana kita dapat memberikan argumentasi petunjuk ini? Bagaimana ia dapat terwujud? Bagaimana ia dapat langgeng?
Sungguh disitu terdapat jawaban yang diberikan akal, yaitu adanya zat yang memberi hidayah (petunjuk) (20:50)
Seorang bayi ketika dilahirkan ia menangis dan mencari putting susu ibunya. Siapa yang mengajari bayi tersebut ?
Seekor ayam betina mengerami telurnya ia membolak-balikan telurnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur tersebut rata, dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya dibagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan niscaya zat makanan yang ada dalam tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak bisa menetas. Siapa yang mengajarkan ayam berbuat demikin ?

Akal yang sehat akan berpendapat bahwa di sana pasti ada yang memberi hidayah (petunjuk) dan Al Qur’an menerangkan bahwa zat yang meberi hidayah itu adalah Allah yang menciptakan lalu memberi hidayah.

> Fenomena Pengabulan Do’a
Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa suatu musibah yang membuat hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdo’a menghadap Allah SWT, tiba-tiba musibah itu hilang, kebahagiaanpun kembali dan datanglah kemudahan setelah kesusahaan. Siapa yang mengabulkan doa?
Sudah menjadi suatu yang logis bila seorang menghadapi bahaya pasti menghadap Allah SWT dan berdoa. Firman Allah (17:67/10:22,23/6:63, 64). Siapa yang mengabulkan doa itu?
Fenomena-fenomena yang menunjukan adanya Allah sangat banyak sekali. Barang siapa yang menginginkan tambahan hendaklah membaca alam yang maha luas ini, dan memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta manusia, pasti akan menemukan dalil-dalil dan bukti yang jelas akan adanya Allah (41:53)

II. Ayat Qur’aniyyah

Ayat-ayat Allah yang terdapat dalam Al Qur’an berupa ajaran-ajaran konsep hidup, peraturan yang lengkap adalah merupakan mu’jizat yang riil yang menunjukan akan adanya Allah
Mu’jizat itu terdapat pada :


  1. Keindahan penyampaiannya, ketinggian bahasanya dan kerapian susunan ayat-ayatnya, yang sampai kini tak seorang manusiapun yang mampu dan sanggup menandinginya atau membuat walaupun satu ayat, Al Qur’an menantang siapa yang sanggup mendatangkan satu surat ataupun satu ayat yang semisal (2:23/10:38/11:13/17:88) 
  2. Pemberitahuan Al Qur’an tentang hal ihwal kaum Aad, Tsamud, Kaum Nabi Luth, Tentang Maryam, Nabi Isa dll. (9:70/14:9/50:12, 13, 14)
Semua itu datang lewat lisan seorang yang ummi – tidak bisa membaca tidak bisa menulis – tidak pernah belajar kepada seorang guru serta tidak pernah hidup ditengah masyarakat berilmu atau dilingkungan Ahli Kitab (29:48). Semua itu menunjukkan bahwa Al Qur’an datang dari Allah SWT.

  1. Pemberitahuan Al Qur’an tentang kejadian-kejadian yang akan datang, persis seperti dikatakan Al Qur’an :
· Pemberitahuan Al Qur’an tentang kekalahan bangsa Persia atas bangsa Romawi (30:1,2,3)
· Janji Allah kepada kaum Muslimin untuk menjadikan mereka pemimpin (khalifah) di muka bumi sebagaimana ummat sebelum mereka (24:55). Dan janji Allah itu betul-betul terjadi. Pada masa Nabi SAW kaum muslimin telah menguasai jazirah Arab. Pada masa sahabat mereka telah menguasai dan sampai ke Persia. Kemudian menguasai Romawi di Syam, Mesir dan sekitarnya.
· Janji Allah kepada kaum muslimin dengan kemenangan pada perang Badar (8:7)
· Janji Allah kepada Rasul-Nya bahwa ia akan memasuki Masjid Haram (48:27)
· Pemberitahuan Al Qur’an bahwa Abu Lahab akan mati dalam keadaan musyrik.

Semua hal tersebut diatas terjadi sebagaimana dikatakan dalam Al Qur’an Al Karim.

  1. Penemuan ilmiah yang tidak mungkin akan ditemukan oleh seseorang yang ummi, yang tak pernah belajar, tidak bisa membaca dan menulis.
Pemberitahuan Al Qur’an bahwa mulanya bumi dan langit satu, kemudian terpisah dari langit (21:30)
Tentang asal kejadian manusia (22:5)
Pemberitahuan Al Qur’an bahwa sumber rasa adalah urat syaraf yang terletak dibawah kulit (4:56)
Pemberitahuan Al Qur’an tentang hampa udara bila manusia semakin tinggi naik ke langit (6:125)
Pemberitahuan Al Qur’an bahwa bumi ini bundar (39:5)

Ini sebagian penemu-penemu ilmiah yang tertera dalam Al-Qur’an yang dibuktikan kebenarannya oleh sains dan teknologi modern. Dan ini sebagai bukti kebenaran Al Qur’an dari Allah semata.
  1. Syari’at dan peraturan yang terkandung dalam Al Qur’an dapat kita lihat dari beberapa segi :
Kelengkapan peraturan tersebut (syumul). Tidak ada satu amal perbuatanpun dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya kecuali Islam telah menerangkan hukum dan caranya (6:38/16:89)

Kesesuaian di segala zaman dan tempat. Sebab Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia sampai hari kiamat (21:107/34:28/7:158)

Kekal sampai hari kiamat. Syariat Islam adalah syari’at yang kekal sampai hari kiamat (15:9)

Semua yang tersebut diatas berupa ayat-ayat Allah, baik yang terdapat dalam Al Qur’an (4:82) atau yang terdapat dalam alam semesta (41:53) ini menunjukan keberadaan Allah SWT Yang Maha Mencipta, Maha Mengetahui dan menunjukkan kebenaran Islam.

Kesadaran Diri

Kesadaran bukanlah tentang benar dan salah, bukan pula tentang baik dan buruk. Banyak yang bertanya kepada saya, semakin mereka mempelajari sesuatu, semakin mereka bingung memilah mana yang benar dan mana yang salah.

Benar menurut siapa, dan salah menurut siapa ? Benar atau salah menurut satu paham, belum tentu menjadi benar atau salah menurut paham yang lainnya. Begitu pula baik dan buruk.

‘Membunuh’ apapun cara dan alasannya bila dilakukan di medan perang akan menjadi sesuatu yang baik dan benar. Namun bila dilakukan pada tetangga dan dalam keseharian anda, tentu saja akan menjadi hal yang buruk dan salah.

Kesadaran memang bukan masalah benar, salah, baik, atau buruk.

Benar, salah, baik, atau buruk, adalah tentang hasil representasi seseorang terhadap peristiwa yang ia tangkap. Dan hasil tersebut sangat dipengaruhi oleh sebuah belief system didalam dirinya. Ia besar di lingkungan apa, melalui agama apa, berbudaya apa, pendidikan, dan juga keluarga.
Saya mencontohkan kembali tentang ‘membunuh’

· Seseorang membunuh orang yang datang kerumahnya dengan kesadaran penuh karena orang tersebut mengancam dirinya dan ia sadar apabila ia tidak membela dirinya dengan membunuh orang tersebut, maka ia lah yang akan terbunuh.

· Seseorang membunuh orang yang datang kerumahnya tanpa kesadaran, karena ia hanya tersinggung egonya dan merasa dipermalukan harga dirinya.

Artinya, memang ada ‘kesadaran’ yang mengawasi kita. Kesadaran juga bukan logika. Saya bisa dengan sangat logis saat menulis, dan saya harus menggunakan logika ketika menulis supaya saya tahu ejaan dan tanda baca yang benar. Namun pada saat menulis, saya bisa dengan kesadaran ataupun tidak. Artinya dengan kesadaran penuh, maka saya dituntun untuk menikmati saat-saat menulis dan sadar sepenuhnya apa yang saya tulis.

Bila saya menulis tanpa kesadaran, saya hanya menuruti ego yang harus saya luapkan dalam bentuk tulisan.
Kita hidup dalam ‘lautan kesadaran’

Kita sedang berenang di dalamnya, dalam kesadaran yang sangat luas di alam raya ini.
Apakah kesadaran mengenal baik, buruk, benar, dan salah?
Kesadaran akan menuntun seseorang untuk bertindak yang tepat sesuai masa saat ia melakukan tindakan tersebut. Perkara itu baik atau buruk, benar atau salah, tergantung dari system representasi dirinya memahami sebuah peristiwa yang hadir dalam hidupnya.

Apakah tindakan ‘memperkosa’ bisa dibenarkan, bila ia meyakini itu benar sesuai belief system dirinya?
Mari kita lihat! Kita tidak memandang dari sisi benar, salah atau baik dan buruk.
Pertanyaannya adalah: Sadarkah tindakan memperkosa tersebut? Menyadari tindakan memperkosa adalah menyadari semua akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Bila jawaban dalam diri pemerkosa adalah, ‘saya nggak peduli masa depannya, saya nggak peduli siapa dia, yang penting saya puas karena saya sangat ingin saat itu’ – artinya ia melakukan tanpa kesadaran dirinya. Kesadarannya tidak di dengarkan pada saat tindakan itu ia putuskan.

Satu lagi,
Seseorang melakukan tindakan penggelapan uang. Apakah ia menggelapkan uang dengan penuh kesadarannya ? Ada dua alasan yang terlihat berbeda, namun kenyataannya sama :

1. Saya menggelapkan uang karena anak saya butuh biaya sekolah

2. Saya menggelapkan uang karena untuk memenuhi tingginya life style saya.

Alasan pertama terlihat melankolis dan terlihat masih bisa diterima oleh sebagian orang, dan alasan kedua sama sekali tidak diterima oleh orang manapun. Namun kedua alasan tersebut tetap menyimpan ego untuk memuaskan dirinya sendiri.

Bila seseorang berkesadaran penuh saat itu, ia akan sadar dampak dari penggelapan uang. Baik dampak bagi dirinya, instansi yang digelapkan, kerugian yang ditimbulkan.

Banyak orang yang masih bisa melakukan ‘sebuah pembenaran’ dari tindakannya. Ia kawin lagi karena membenarkan bahwa kawin lagi adalah dicontohkan juga dalam agamanya dan itu sah. Namun apakah tindakannya penuh dengan kesadaran? Apakah ia sadar dari semua dampak yang dilakukannya?
Kesadaran bukanlah pembenaran dari tindakan ego untuk memuaskan diri.

Kesadaran bukan pula soal dosa dan pahala

Kenapa dosa dan pahala ‘harus’ ada ? Karena manusia belum bisa bertindak dengan kesadarannya. Bila belum, tentu harus diberikan rambu-rambu tentang hal tersebut. Namun jangan terjebak dengan dosa dan pahala, karena yang berperan adalah kesadaran.

Apakah berkesadaran adalah hal yang berpahalan? Dan apakah sudah tentu tindakan berkesadaran adalah tindakan yang jauh dari dosa ?
Sekali lagi bahwa kesadaran bukan soal dosa dan pahala. Kesadaran yang mengawasi tindakan untuk bertindak ‘tepat’ pada saat itu.

Orang yang penuh kesadaran, dalam setiap tindakan, akan menyadari sepenuhnya tentang akibat-akibat yang ditimbulkan dari tindakannya saat itu. Ia menyadari penuh adanya aksi-reaksi di alam semesta, dan ia akan memilih tindakan yang tidak merugikan orang lain, tidak menyakitkan orang lain, bahkan bermanfaat dan berdaya guna bagi sesama.

Melatih kesadaran adalah melatih setiap tindakan yang kita lakukan. Dari menyadari saat kita berjalan, berbicara, makan, memutuskan sesuatu. Apakah dampaknya semua tindakan itu, saat itu? Bila tindakan itu merugikan orang lain, menyakitkan orang lain, apakah keputusan kita saat itu? Apakah kita akan terus melakukannya karena ‘pembenaran’ dan ego pribadi ?

Saat itu, siapa yang menguasai kita? Perasaan kita, pikiran logis kita, ego yang mau dipuaskan, ataukah kesadaran ?

Dalam Agama yang Ada adalah Forum Sharing

Tingkat pemahaman setiap orang jelas berbeda. Dan pemahaman tersebut akan berkembang terus mengikuti evolusi pemikirannya. Tidak ada satu orangpun yang berhak memaksakan pandangannya terhadap orang lain dan meng-klaim dirinya benar atas apa yang telah dipahaminya.

Demikian juga dengan tafsir agama.

Banyak bermunculan ahli tafsir yang menjadi rujukan masyarakat untuk menafsirkan sesuatu tentang agama. Namun semakin banyak orang yang merujuk padanya, akhirnya ego tersentuh dan melambung sehingga ia meyakini bahwa tafsirannya adalah tafsir yang paling benar.

Politisasi tentang ilmu tafsir yang dibuat rumit hanya bertujuan menciptakan birokrasi tafsir yang ujung-ujungnya adalah otoritasi tafsir oleh sekelompok orang untuk keperluan kepentingan politik kelompok.
Semua agama, tentu saja mengarah kepada kebaikan, ketentraman, kedamaian, dan cinta. Agama mana yang tidak mengajarkan hal-hal diatas? Justru karena ego tafsir masing-masing yang menyebabkan gesekan-gesekan untuk tidak setuju bahkan menyalahkan dan tindakan menghakimi tentang kesalahan yang dianggap ada.

Kerdilnya pemikiran seseorang dalam bicara masalah agama adalah, tidak mau melepaskan keyakinan agamanya untuk melihat sudut pandang baru saat itu untuk memahami mengapa pemikiran baru tersebut dilontarkan oleh orang lain dari sudut pandangnya.
Kemudian yang terjadi adalah tersulutnya ego untuk mempertahankan keyakinannya yang secara implicit mengatakan bahwa, ‘jangan usik aku siapa tahu aku salah!’

Seorang yang dikatakan ahli tafsirpun, ia hanya sharing atau berbagi tentang pandangan-pandangannya tentang agama. Ia tidak memegang otoritasi kebenaran atasnya.
Pemahaman tentang sharing atau berbagi ini yang sering tidak dipahami dalam interaksi agama sehingga yang muncul adalah perdebatan argumentasi atas apa yang diyakininya. Yang satu mencari kelemahan argumentasi yang lain, yang satu mencari rujukan untuk argumentasinya, yang satu ingin menyatakan kebenaran keyakinannya.

Dalam sharing , yang ada adalah berbagi pengalaman atas penghayatan agamanya. Berbagi pengalaman atas pemahaman suatu ayat, pemahaman atas tata cara ibadah, pemahaman atas unsur-unsur spiritualitas agama. Dalam sharing tidak ada unsur yang satu lebih tinggi dari yang lain, tidak ada unsur yang satu lebih benar dari yang lain, dan tidak ada unsur yang satu mengajari yang lain.
Ia hanya berbagi atas apa yang ia alami selama memahami dan menjalani agamanya.
Kemudian kegiatan sharing yang terdiri dari beberapa orang yang saling berbagi dan saling bercerita tentang pemahamannya tanpa penghakiman tentang benar dan salah. Bila ada yang dirasa lebih dari yang satu, yang satu akan mengambil pelajaran darinya. Dan bila dirasa ada yang belum diketahui tentang sebuah pemahaman, maka ia akan mengambil pelajaran pula darinya.

Karena pada dasarnya, pemahaman seseorang adalah miliknya saat itu, sesuai dengan pemahamannya saat itu.
Segala bentuk pertengkaran dan saling menyalahkan atau mengkafirkan yang lain, adalah langkah ego yang ingin mempertahankan keyakinannya karena ia merasa bahwa ia lebih benar dan lebih pintar dari yang lainnya.

Ajaran agama tidak akan merusak satu sama lain, namun terusiknya pikiran untuk mempertahankan ego keyakinan itulah yang menjadi sumber kerusakan !