Sunday, September 2, 2012

Belajar dari Pezina

Sebagai sesosok binatang pemakan buah-buahan, daun-daunan dan bunga-bungaan. Luwak (Viverridae) amat ahli dalam memilih buah yang masak langsung dari pohonnya. Perilaku luwak yang seringkali memanen kopi tanpa seijin dari petani pemilik pohon, dahulu dirasa meresahkan.Luwak termasuk hama kopi dalam kategori top target yang harus dimusnahkan,  akan tetapi hal itu sudah tidak terjadi saat ini karena "Kopi Luwak" namanya sudah mendunia. 

Biji kopi yang dipetik dari pohon oleh luwak adalah biji yang benar-benar masak, matang pohon dan bebas dari insektisida. Setelah melalui proses fermentasi pada pencernaannya akan menghasilkan biji kopi yang sudah terkelupas dari kulitnya. Hasilnya Kopi yang amat gurih, beraroma spesial, dan asam pahit yang khas. Inilah yang disebut "Kopi Luwak".

Yap, kopi luwak adalah hasil akhir kotoran dari sistem pencernaan luwak yang berupa Kotoran atau feses.
Saat ini belum ditemukan teknologi yang dapat menyamai hasil pencernaan luwak untuk menghasilkan kopi dengan kualitas yang sempurna, inilah salah satu bukti dari kebesaran Tuhan.


Apakah semua kotoran akan menghasilkan sesuatu yang kotor dan tidak bermanfaat dan harus dimusnahkan jauh-jauh ?
Tidak semuanya, karena kotoran akan bermanfaat juga tergantung cara memanfaatkan dan cara pandang kita tentunya.

Kotoran bila dimaknai kosa katanya, adalah sesuatu yang kotor atau menjijikkan.
Arti kotoran dalam kehidupan bermasyarakat saat ini adalah pendosa/pembuat dosa yang membikin aib bagi masyarakat. Atau salah satu contoh gamblang dalam bermasyarakat adalah pezina atau "Pelacur"

Pelacur dalam masyarakat adalah suatu hal yang dicintai sekaligus amat dibenci, dicintai karena pelacur juga dibutuhkan oleh golongan tertentu yang menginginkannya, sebagai teman sesaat untuk pelipur disaat hati gundah. Dan amat dibenci keberadaannya oleh kaum bermoral karena dianggap menjijikan dan aib mengerikan bagi lingkungannya.

Segala upaya mereka lakukan untuk memusnahkan salah satu peradaban tertua di dunia ini.
Tanpa sadar kaum bermoral merasa paling benar dan menganggap sorga adalah milik mereka, dan dengan seenaknya mereka akan memasukan para pelacur dalam neraka, tanpa kaum bermoral tahu dimanakah kunci neraka berada.

Pada suatu waktu terjadi proses pembelajaran yang berpengaruh pada perjalanan saya menuju Sang Khalik....

Berikut adalah wawancara yang pernah saya lakukan pada salah satu pelacur.... "Mbak, apakah tidak ingin suatu saat nanti untuk membentuk kehidupan dan keluarga yang normal ?"

Dan jawaban mengejutkan terlontar dari bibirnya,... "Mas, saya selalu berupaya melayani dengan sepenuh hati pelanggan saya dan pada saat melakukan pekerjaan ini Doa terus saya panjatkan pada Tuhan agar pelangganku kembali dan memintaku menjadi istrinya suatu saat nanti...."



Ya, harapan atau asa atau keinginan akan terkabulnya pengharapan adalah semangat bagi jiwa dan mesin penggerak bagi manusia agar terus hidup.

Saat ini hanya harapan akan terkabulnya doa yang dipunya pelacur itu dan doa tersebut dipanjat terus menerus dengan tingkat kesabaran yang hampir di luar batas, bahwa suatu saat nanti pasti Tuhan akan mengabulkannya. Sepertinya harapan akan terkabulnya doa yang dipanjatkan sudah menjadi bagian wajib dari rutinitas hidupnya.
 
Amat mengagumkan harapan pelacur tersebut, meski mereka sadar akan cemoohan dan hujatan kaum bermoral yang mempunyai keyakinan bahwa doa para pelacur tidak akan dikabulkan oleh Tuhan.

Di lain tempat golongan kaum bermoral yang menganggap dirinya suci, bersih, merasa sudah melakukan perintah Tuhan, menjauhi laranganNya dan keyakinan yang menyertai bahwa yang paling dekat dengan Tuhan pastilah dikabulkan doanya...

Muncul pertanyaan besar pada diri saya, Apakah doa kaum bermoral yang merasa berpengetahuan agama tinggi pasti dikabulkan ?
Bukankah terkabulnya doa yang dipanjatkan oleh makhluk adalah hak Tuhan sepenuhnya sebagai Sang Maha Pengabul Doa ?

Keyakinan pada diri kaum beragama akan terkabulnya doa yang mereka panjatkan pada Tuhan tidak akan berarti apa-apa bagi Nya jika disertai oleh kesombongan, ketidaksabaran dan merasa dirinya paling suci, paling bersih, paling benar dan merasa lebih tinggi derajatnya dari pelacur/pezina/pendosa adalah salah satu sebab tidak terkabulnya doa.
Tuhan yang Maha Besar, Maha Suci, Maha Benar juga Maha Sombong membenci hal tersebut, karena di hadapan Nya semua manusia sama derajatnya tanpa membedakan profesinya.

Jika hal ini terjadi maka pada kebanyakan kaum bermoral akan timbul perasaan kecewa, marah dan jengkel pada Tuhan. Bahkan mereka mungkin akan pergi meninggalkan Tuhan. Yang demikian jamak terjadi, karena harapan akan terkabulnya doa bukanlah rutinitas hidup yang wajib pada diri kaum bermoral yang salah berpikir tentang konsep berdoa ini.

Apakah yang terjadi jika banyak kaum bermoral meninggalkan Tuhan, karena merasa doanya tidak dikabulkan ?
Sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi Tuhan pemilik alam semesta.

Sebaiknya jangan lupa akan satu hal paling mendasar pada konsep keTuhanan.

"Jika semua makhluk yang ada di semesta ini mengingkari keberadaan Tuhan, KebesaranNya tidak akan berkurang. Dan jika semua makhluk di semesta ini bersama meyakini keberadaan Tuhan, kebesaranNya juga tidak akan bertambah karena kebesaran Tuhan adalah Absolut"

Hikmah yang bisa diambil dari semua ini... jangan merasa paling bersih, suci dan benar karena hanya Tuhan yang berhak untuk menentukan semuanya, termasuk terkabulnya dari doa yang kita panjatkan.
Dan jadikanlah harapan akan dikabulkannya doa yang kita panjatkan menjadi rutinitas hidup wajib pada keseharian.
  

2 comments:

  1. Alhamdulillah, ini pencerahan dahsyat bagi sy sbg seorang pendosa

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete