Bagi
sebagian besar manusia cinta dipahami sebagai sesuatu yang dituntut.
Dalam hal ini adalah rasa memiliki.
Aku mencintaimu dan aku memilikimu
kemudian kamu penuhi harapanku akan dirimu. Hampir tidak ditemukan cinta
sebagai compassion, yaitu sebagai rasa yang membebaskan.
Dua orang manusia yang dikatakan jatuh cinta sebagian besar hanya menjadikan ‘compassion’ pada awal-awal cintanya.
Selanjutnya adalah rasa
tuntutan untuk memenuhi harapannya masing-masing.
Yang satu berharap ingin diperhatikan setiap saat, yang satu lagi
berharap hal yang sama.
Ketika harapan dari keduanya tak terpenuhi maka
cinta akan lari dan menjadi kecurigaan dalam langkahnya.
Cinta
yang jauh dari ‘compassion’biasanya adalah cinta yang dipenuhi hasrat
untuk memiliki seutuhnya.
Ungkapan ‘kamu milikku satu-satunya’ adalah
harapan ego untuk menjadikan cinta sebagai sebuah penjara kepemilikan.
Saya mengatakan penjara karena masing-masing menjadi sangat terikat
untuk memenuhi harapan yang diinginkan.
Bayangkan sebuah kejadian seperti ini:
"Salah satu dari dua pasangan yang
mengatakan saling mencintai, salah satunya ingin setiap saat ditelpon
sebagai sebuah bentuk perhatian (ini harapannya). Kemudian satunya pada
awalnya memenuhi harapan tersebut sebagai bentuk ‘pemberian’ tanpa
pamrih. Namun karena harapan tersebut selalu diulang dan menjadi bentuk
keterikatan (terikat karena bila tak dipenuhi akan marah), maka langkah
memenuhi harapan akan menjadi penjara baru, yaitu langkah ‘terpaksa’
biar tidak marah."
Cinta
yang didalamnya ada ‘compassion’ adalah rasa saling percaya sehingga
cinta itu membebaskan jiwa.
Yang satu memberi kepercayaan sepenuhnya dan
yang satu lagi menjaga kepercayaan dengan memberikan hal-hal yang
damai.
Memahami cinta yang didalamnya ada ‘compassion’ bukan menciptakan
penjara-penjara baru keterikatan, yaitu jadwal keterikatan baru yang
dulunya tidak ada. Masing-masing pihak dengan penuh kesadaran menyadari
apa-apa yang tidak disukai pasangan dan apa yang disukai pasangan, tanpa
tuntutan.
Saya mengulangi lagi bahwa compassion dalam cinta adalah mewujudkan
kesadaran akan langkah yang sadar tentang apa yang disukai pasangan dan
apa yang tidak disukai pasangan, tanpa tuntutan.
Bila
salah satu menuntut akan sebuah harapan, maka terjadi kesalahan didalam
kedua belah pihak. Yang menuntut sudah menjadikan langkah cinta menjadi
keterikatan, sehingga harus ada dan selalu ada. Yang dituntut sudah
menjadikan dirinya tidak sadar akan apa yang tidak disukai pasangan.
Menyadari compassion dalam cinta memang membutuhkan kematangan jiwa dan
kesadaran akan diri. Disini keterikatan diletakkan sebagai sebuah
penjara yang mengikat akan pemenuhan harapan-harapan cintanya.
Bila kesadaran akan apa yang disukai pasangan saling muncul, maka
tuntutan menjadi tidak ada. Dan bila kesadaran akan apa yang tidak
disukai pasangan juga saling muncul maka kekecewaan juga tidak ada.
Kedua belah pih`k menjadi tidak sadar akan apa yang disukai dan apa yang
tidak disukai adalah karena ego. Ada ego yang ingin menang, ego ingin
menguasai, dan juga ego ingin semaunya sendiri.
Cinta
yang bebas bukan berarti hidup bebas dan bukan pula berarti sex bebas.
Cinta yang bebas justru mengandung compassion, yaitu kesadaran diri yang
tinggi untuk saling memberi yang terbaik tanpa tuntutan.
No comments:
Post a Comment